Toleransi dan Kebhinekaan Dibangun Lewat Usaha dan Kerendahan Hati

- Kamis, 25 November 2021 | 15:36 WIB
Para pembucara pada diskusi virtual program internasional peningkatan kapasitas guru madrasah dan pesantren dalam Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB). Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Dr Phil Al-Makin MA atas pojok kanan kemeja putih. (Foto : smol.id/dok)
Para pembucara pada diskusi virtual program internasional peningkatan kapasitas guru madrasah dan pesantren dalam Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB). Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Dr Phil Al-Makin MA atas pojok kanan kemeja putih. (Foto : smol.id/dok)


SMOL.ID - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga (Suka), Prof. Dr. Phil. Al Makin, MA mengatakan, watak toleransi, damai, dan kebhinekaan bukan barang gratis, melainkan harus diusahakan dan membutuhkan kerendahan hati.

''Untuk menjadi orang yang memiliki toleransi, damai, berbhineka, butuh perjuangan, tidak gratis,'' ujar Prof Dr Phil Al Makin MA pada diskusi virtual program internasional peningkatan kapasitas guru madrasah dan pesantren dalam Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB), kemarin (25/11).

Kegiatan yang digelar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta kerja bareng dengan Institut Leimena bermitra tersebut, diikuti 201 guru dari 25 provinsi termasuk Aceh, Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Papua Barat.

Baca Juga: Referensi Puisi Hari Guru Nasional 2021, Ungkapan Penuh Makna Cocok untuk Tugas Sekolah Anak

Lebih lanjut rektor UIN Suka Yogyakarta, Prof Dr Phil Al Makin MA mengatakan, sebaliknya jika ingin menjadi orang fanatik, radikal, fundamentalis, menolak keragaman, syaratnya cuma 1 tidak perlu belajar dan melupakan semua kebajikan, tutuplah hati rapat-rapat dan turuti ego sendiri.

Prof Al Makin menyatakan, keragaman dan toleransi bukan teori melainkan harus diterapkan secara konkret dalam persahabatan sehari-hari dengan orang yang berbeda.

Menurut guru besar filsafat itu, mempelajari agama dan keyakinan orang lain harus dari orang yang mengimaninya. Sehingga tidak muncul syak wasangka yang kurang baik. Dari sanalah kira belajar akan pentingnya toleransi.

“Saya sudah 7 tahun mempraktikannya (pertemanan lintas agama), alhamdullilah hasilnya luar biasa. Orang-orang yang menjalin pertemanan dengan orang yang imannya berbeda, maka hatinya lebih lapang, lebih rendah hati, lebih ikhlas, dan terbuka,” katanya.

Prof Al Makin menyebut, toleransi bukan hanya menerima umat yang berbeda, tetapi adanya komitmen untuk memahami, menjaga hak-hak, bahkan melindungi mereka saat dalam ancaman. Artinya, toleransi pada dasarnya bersifat resiprokal (saling).

Baca Juga: UIN Suka Beri Gelar Kehormatan Kepada Sri Paus Vatikan & Grand Syekh Al-Azhar

“Baik perdamaian atau perang ada harga yang harus dibayar. Ketika rumah ibadah dilarang dan kelompok minoritas dipersekusi, harganya di belakang, Indonesia akan runtuh. Jika ingin damai, harganya di depan. Apa harganya? Kurangilah ego, bersikaplah lebih rendah hati dan jangan hanya bicara, tapi mendengar,” ujar Prof Al Makin dengan bijak.

Sementara Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Dr. Inayah Rohmaniyah, MA. mengatakan, program pelatihan guru dalam LKLB sejalan dengan visi misi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, yaitu menjadi fakultas yang unggul dan terkemuka dalam pengembangan dan keushuluddinan bagi peradaban.

Dia menyadari madrasah dalam konteks pembangunan peradaban memiliki peran sangat sentral, bahkan menjadi sokoguru bangsa. “Kami sangat bahagia bisa bergandengan tangan dengan Institut Leimena bersama-sama membentuk masyarakat, calon generasi muda sebagai penentu masa depan bangsa. Hal ini sangat sejalan dengan visi misi fakultas kami yaitu memberi warna bagi peradaban,” kata Dr. Inayah.

Hal senada juga disampaikan Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho. Dijelaskan, LKLB menjadi semakin penting dan relevan terutama bagi para guru. Tidak bisa dinafikan, kemajuan teknologi telah menghapuskan sekat jarak bahkan waktu sehingga semua orang dengan latar belakang berbeda bisa saling berinteraksi.

“Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, saya setuju sekali, madrasah dan pesantren sangat penting bahkan perlu mendunia. Program ini langkah awal yang perlu dikembangkan, agar orang asing bisa melihat bahwa madrasah dan pesantren justru menjadi kunci kerukunan umat beragama di Indonesia,” ujar Matius.

Baca Juga: PTM UIN Suka Berjalan Lancar dan Aman

Sedangkan Dosen Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga, Dr. Fahruddin Faiz, mengatakan, pelatihan LKLB pada dasarnya menghidupkan kembali potensi-potensi baik yang sudah dimiliki manusia sebagai makhluk ciptaan Allah.

Dia mendorong para peserta untuk memiliki orientasi hidup transformatif, yaitu terus meningkatkan kualitas diri agar dampaknya tidak hanya dirasakan secara pribadi, tapi juga membawa manfaat bagi lingkungan sekitar. (Rangga Permana).***

Halaman:
1
2

Editor: Salman Al Farisi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X