SMOL.ID - Siapa bilang orang difabel netra tidak bisa berkarya layaknya orang normal, ternyata anggapan itu tidak benar. Buktinya, Arif Prasetya, mahasiswa difabel netra bisa bahkan mampu membuat film pendek yang ia sutradara sendiri.
Apa yang dilakukan ini, sekaligus menjawab pertanyaan sebagian orang-orang diluar sana yang menganggap seorang difabel tidak mungkin bisa menjadi sutradara film.
Tapi kenyataannya Arif Prasetya, mahasiswa difabel netra Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Haniora (Fishum) UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, bisa mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Baca Juga: 18 Program Studi UIN Suka Jalani Visitasi Akreditasi Internasional FIBAA
Kenyataannya Arif Prasetya mampu dan berhasil menjadi sutradara dalam film pendek dengan judul “Ning Nong Ning” yang karyanya telah tayang 7 Desember tahun lalu.
“Dalam pembuatan film ini, saya mendapat pengalaman yang sangat berharga,'' ujar Arif Prasetya disela-sela ia diwisuda sarjana S1 bersama 1.801 wisudawan di Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta..
Mengingat jumlah wisudawan cukup banyak, maka acara wisuda digelar selama dua hari di kampus setempat mulai Rabu dan Kamis, 2-3 November 2022. Yang membagakan dalam wisuda tersebut, Arif Prasetya menjadi salah satu sarjana yang turut diwisuda.
Arif mengaku bahagia dan menyampaikan banyak terima kasih, kepada rekan mahasiswa serta para dosen hingga akhirnya ia bisa menyelesaikan studinya dengan lancar dan tanpa hambatan.
Dalam pengalamannya membuat film, ia mengaku mendapat pengalaman berharga sebagai sutradara. Dari sana ia belajar manajemen semuanya. Mulai dari waktu, manajemen dalam pengambilan gambar, kemudian harus bekerjasama melalui team work.
''Bagi saya team work merupakan suatu kunci, bagaimana film itu bisa jadi dengan bagus. Tanpa ada kerjasama tidak mungkin film pendek ini bisa jadi baik,” jelas Arif saat menceritakan pengalamannya.
Baca Juga: FISHUM UIN Suka Kembali Gelar AICOSH Bahas Konflik Dunia
Sebab, lanjut dia, membuat film itu harus ada kerjasama, karena pada dasarnya membuat film itu kerja kolektif. Tanpa itu, kata Arif, tidak mungkin film itu jadi seperti yang diharapkan.
Ia bangga bisa membagikan cerita, bagaimana pengalaman seorang difabel dalam membuat film. Menurutnya, banyak orang-orang diluar sana yang menganggap bahwa seorang difabel sepertinya tidak mungkin bisa menjadi sutradara.
Tapi dengan semangat dan keyakinannya akhirnya, Arif bisa mengubah sesuatu yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin untuk dilakukan. Walau diperlukan perjuangan dan semangat tinggi untuk melakukan itu.
“Saya sangat senang ketika semua teman-teman crew bisa mendampingi. Khususnya dalam reka adegan, kemudian saat penyusunan set-lokasi, dan mengajari teman-teman difable saat berekpresi. Itu bagi saya suatu pengalaman sangat berharga,” ujar Arif senang.
Artikel Terkait
Istiqomah Berlatih, Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Suka Raih 2 Kejuaraan MTQ Tingkat Nasional
Sambut Perkulihan Tatap Muka, UIN Suka Gelar Vaksinasi Booster
Peneliti Muda UIN Suka Tembus Dunia
Program Kampus Merdeka, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Suka MoU dengan FDK Islam IAIN Kudus
Mahasiswa UIN Suka Ajak Warga Resik-resik Kali Gajah Wong
UIN Suka Kembali Raih Prestasi Pada PMB Tingkat PTKIN
UIN Suka Rumah Nyaman Bagi Semua Agama
Kepada Mahasiswa Baru, Rektor UIN Suka Yogyakarta Bagi-bagi Buku
FISHUM UIN Suka Kembali Gelar AICOSH Bahas Konflik Dunia
18 Program Studi UIN Suka Jalani Visitasi Akreditasi Internasional FIBAA