SMOL.ID - MIJEN - SEMARANG – Peredaran narkoba di kalangan pelajar sudah demikian masif sehingga sangat memprihatinkan seluruh elemen bangsa.
''Hasil survey BNN 2019, ada sebagian kecil pelajar SMP dan SMA mengkonsumsi obat sakit kepala dalam jumlah berlebih. Mereka memang tidak memakai narkoba, karena harganya mahal. Namun meminum 10-20 butir pil obat sakit kepala sekali tenggak, itu kan efeknya sama saja mengonsumsi narkoba,'' jelas Candra Eka Sariningsih, saat menjadi pembicara dalam kegiatan Pembinaan tentang bahaya narkoba pada anak-anak SMP dan SMA di Desa Bubakan, Mijen, Kota Semarang dengan tema ''Membangun generasi millenial yang bebas narkoba dan melek literasi media''.
-
Kompol Budi Purnomo, dari Reskrim Polsek Mijen, Polrestabes Semarang
Candra, penyuluh narkobaBNN Provinsi Jateng, itu menambahkan, ada pula yang mengoplos pil obat sakit kepala itu dengan minuman bersoda atau minuman pendongkrak stamina. ''Untuk itu, saya harap adik-adik benar-benar menjauhi narkoba. Narkoba merusak diri sendiri yang efeknya ke keluarga hingga masyarakat.''
Dalam kegiatan yang digelar di aula Yayasan Fi’lal Khairat Indonesia (Yafikhi) Jl Maryadi Gang Banjarsari 3 RT/2 RW 2 Batok, Bubakan, Mijen, Semarang, Minggu (26/1/2020) itu, Kompol Budi Purnomo dari Reskrim Polsek Mijen menjelaskan bahwa dia bersyukur harga beragam jenis narkoba sangat mahal. Sehingga tidak terjangkau oleh kalangan siswa SMP dan SMA.
Namun, saat ini ada pil kuning. Narkoba kelas rendahan yang harganya Rp 50 ribuan.
-
''Ini yang harus diwaspadai. Para orang tua jangan mudah percaya dengan memberi uang saku lebih kepada anak-anaknya. Kalau minta uang saku lebih, tanya untuk apa, kalau perlu minta nota pembelian. Sebab, jika tidak diawasi secara ketat, nanti bisa disalahgunakan,'' katanya.
Kepada para peserta yang kebanyakan siswa SMP dan SMA itu, Kompol Budi berpesan agar anak-anak menjauhi narkoba.
''Kenalpun jangan. Percuma. Nggak ada untungnya. Kalau terkena narkoba, biasanya morotin orangtuanya. Itupun jika orangtuanya mampu atau kaya. Jika orang tuanya miskin? Ya biasanya larinya ke curanmor. Kemudian berurusan dengan pihak berwajib, nangis-nangis minta dilepasin. Jadi sekali lagi, jangan dekati narkoba. Titik. Artinya tidak ada kompromi.''
-
Ali Arifin , redaktur Suluh Media Online (smol.id)
Pembicara lain, Ali Arifin, redaktur Suluh Media Online (smol.id) mengimbau agar pelajar SMP-SMA hingga mahasiwa benar-benar bijak dalam menggunakan jempol tangannya.
''Bijaklah bermedsos. Buka portal-portal pendidikan untuk pembelajaran. Belajar apa saja, cari info-info positif. Intinya manfaatkan smartphone kalian untuk hal-hal yang benar-benar bermanfaat. FB-an, twitter-an, IG-an jangan hanya sekadar iseng atau leisure semata, sebab ketiga medsos itu sangat bisa untuk mencari uang, bahkan berkarir,'' katanya.
Menjawab pertanyaan peserta tentang cara menjadi wartawan, Ali menjawab bahwa jurnalistik atau jurnalisme adalah ilmu terapan yang sangat bisa dipelajari oleh siapa saja.
''Untuk menjadi wartawan tak harus menjadi sarjana jurnalistik atau sarjana komunikasi. Sarjana apa saja boleh. Asal punya keinginan kuat menekuni dunia jurnalisme. Selain minat, sebaiknya perkuat dengan penguasaan bahasa Inggris plus bahasa asing lainnya. Boleh bahasa Jepang, Mandarin, Latin, atau Arab.''
-
Acara ditutup dengan pemberian santunan kepada anak-anak SMP-SMA binaan Yafikhi.
Sementara itu, Tasir, ketua panitia kegiatan menyatakan bahwa pihaknya selaku berusaha sebagai bentuk ikhtiar dan berdoa kepada Allah Swt agar anak-anak binaan Yayasan Fi’lal Khairat Indonesia (Yafikhi) Mijen, Semarang, benar-benar dijauhkan dari narkoba. Sebab, 10 sampai 20 tahun ke depan, merekalah yang menjadi para pemimpin bangsa ini.
''Untuk itulah, didukung mahasiswa KKN Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) dan sejumlah pihak terkait kami mengadakan kegiatan ini. Kami berusaha semaksimal mungkin membentuk anak-anak binaan Yafikhi menjadi bermental negarawan yang berwawasan luas. Sehingga jika kelak mereka menjadi pemimpin, adalah pemimpin yang mumpuni dan yang dimaui masyarakat.'' (smol - aa)