Meningkatkan Kecakapan Berliterasi pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan
Oleh: Esti Tri Yuni Rahayu
(Mahasiswa Universitas Peradaban Bumiayu, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia)
SMOL.ID - Literasi tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi juga tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa. Namun pada kenyataannya, kemampuan literasi siswa masih tergolong rendah.
Rendahnya budaya literasi siswa saat ini diperkuat dengan adanya gawai. Siswa lebih tertarik menonton video yang ada di sosial media. Sehingga siswa menjadi kurang aktif, dan kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki.
Oleh sebab itu, minat siswa dalam hal membaca perlu ditingkatkan yaitu dengan mengembangkan gerakan literasi di sekolah. Apalagi saat ini kemampuan literasi merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki siswa pada abad 21.
Hartati (2017: 2) mengatakan bahwa literasi yaitu keterampilan untuk memahami, mengolah, dan memakai informasi dari segala konteks kehidupan.
Untuk menghadapi tantangan abad 21, harus menguasai enam literasi dasar yaitu diantaranya literasi bahasa, literasi digital, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, serta literasi budaya, dan kewargaan. Penguasaan keenam literasi tersebut harus diimbangi dengan menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi (Tim GLN, 2017).
Di Sekolah Menengah Kejuruan pelaksanaan gerakan literasi sekolah memiliki tujuan yang sama seperti jenjang-jenjang sekolah lainya yaitu upaya pembentukan karakter budi pekerti siswa melalui budaya literasi dalam gerakan literasi di SMK. Sehingga dapat mewujudkan kebiasaan berliterasi siswa.
Baca Juga: Peran Majalah Sekolah sebagai Penguatan Berliterasi
Banyak hambatan dalam pelaksanaan literasi sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan. Pendidik, dan Pimpinan Sekolah masih bergantung dengan peran pustakawan sebagai aktor penggerak perpustakaan. Tidak sedikit guru yang tidak menguasai penggunaan teknologi, menjadikan salah satu hambatan dalam pelaksanaan literasi, karena kurangnya suatu referensi yang dimiliki seorang guru.
Tidak adanya sumber bacaan yang menarik juga menjadi hambatan siswa. Kondisi perpustakaan yang kurang nyaman menjadi penyebab rendahnya pelaksanaan literasi sekolah. Islamia (2020) berpendapat bahwa faktor penghambat program literasi sekolah lainya adalah kemauan anak yang masih kurang dalam melaksanakan program literasi sekolah.
Hambatan siswa yang tidak memiliki minat baca yang tinggi, bahwa saat ini siswa lebih sering memegang gawai untuk bermain daripada berliterasi membuka buku. Sehingga untuk mencapai kecapakan berliterasi pada siswa SMK maka harus menjadikan perpustakan bukan hanya sebagai tempat menyimpan buku, dan barang-barang multi media. Namun perpustakaan harus menjadi pusat pengembangan kegiatan gerakan literasi dengan pembelajaran yang menyenyangkan.
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan yang terlahir di era teknologi informasi (digital natives) sehingga membaca, dan menulis dilakukan dengan cara berbeda dari generasi sebelumnya. Kecakapan berliterasi harus terfasilitasi di ruang kelas maupun di lingkungan SMK, dan harus dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan kecakapan kognitif, bahasa, visual, sosial, dan spiritual. (Panduan GLS di SMK2016).
Kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan, kecakapan bahasa artinya kemampuan dalam menggunakan bahasa diantaranya membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Kecakapan visual siswa perlu ditingkatkan agar siswa dapat berfikir, memahami dalam bentuk visual. Kecapakan sosial merupakan kecakapan dalam berkomunikasi efektif.
Baca Juga: Pendidikan di Era Society 5.0
Artikel Terkait
Kiat-Kiat Membangun Kekuatan Diri agar Terhindar dari Tindakan Korupsi
Upaya Mencegah Tindakan Korupsi bagi Petugas Pemasyarakatan
Strategi Pengenalan Karya Sastra pada Era Digitalisasi
Peran Teknologi dalam Pendidikan Masa Depan