Naskah Khutbah Jumat Bulan Safar, Tema Nasihat untuk Diri Sendiri saat Berhutang

- Jumat, 9 September 2022 | 19:14 WIB
Ilustrasi - Naskah Khutbah Jumat Bulan Safar, Tema Nasihat untuk Diri Sendiri saat Berhutang (pixabay.com/Makalu)
Ilustrasi - Naskah Khutbah Jumat Bulan Safar, Tema Nasihat untuk Diri Sendiri saat Berhutang (pixabay.com/Makalu)

Maka kita perlu sering-sering mengevaluasi diri kita. Apakah kita sudah bertakwa? Atau kita hanya pura-pura bertakwa selama ini?

Ahibbati Fillah,

Sebagian kita merasa sudah bertakwa dan melakukan banyak ketaatan. Dia memakmurkan masjid, dia mungkin imam atau ustadz, mungkin banyak sedekah, dan membaca Al-Qur’anul Karim. Ya, alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tapi kita perlu tahu juga bahwa ternyata pada hari kiamat kelak ada orang-orang yang shalih/ yang banyak ketaatannya, dia masuk neraka.

Ke mana ketaatan dia? Ke mana shalat dia, Al-Qur’an yang dia baca, dan ke mana puasa sunnah yang dia lakukan? Habis. Habis ibadah dia gara-gara ada perampok-perampok amalan dia, ada pencuri-pencuri ibadah dia yang tidak dia sadari tatkala hidup di dunia.

Oleh karena itu, Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan kita tentang bagaimana menjaga amalan kita. Jangan hanya sibuk beramal tapi kita tidak menjaga amalan tersebut. Di dalam hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ta’ala anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabat,

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ؟

“Apakah kalian tahu siapa orang yang bangkrut itu?”

قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ

Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.”

فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ

Tetapi Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata, “Orang yang bangkrut dari umatku ialah, orang yang datang pada hari kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat,”

Dia datang membawa pahala shalat, berarti shalatnya ikhlas lillahi ta’ala dan ada pahalanya. Bukan riya’. Shalatnya pun ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dia membawa pahala puasa, berarti puasanya ikhlas lillahi ta’ala. Dan ia datang dengan membawa pahala zakat, menunjukkan bahwa ibadah dia berpahala. Namun orang ini bangkrut gara-gara;

وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“(Ketika di dunia) Dia suka mencaci maki dan (salah) menuduh orang lain, makan harta orang lain, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang yang terdzalimi itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikan pelaku dzalim. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Muslim)

Dia datang bawa pahala yang banyak, menunjukkan bahwa dia adalah orang sholih/ baik. Mungkin di mata kita, orang ini Maa syaa Allah ‘alim dan ahli ibadah. Tapi ternyata lisannya tidak dijaga. Dia suka memaki orang, menggunjing, menjelek-jelekkan, dan juga menuduh orang berzina/ menfitnah orang.

Halaman:

Editor: Syadza Haniya Anwar

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X