Rektor UIN Walisongo Sebut Prof Hasyim sebagai Pemikir Handal, Dikukuhkan Jadi Guru Besar

- Kamis, 16 Maret 2023 | 20:29 WIB
Rektor UIN Walisongo Semarang Prof Dr Imam Taufiq mengukuhkan Prof Dr Hasyim Muhammad menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Pemikiran Islam di auditorium UIN Walisongo Semarang.
Rektor UIN Walisongo Semarang Prof Dr Imam Taufiq mengukuhkan Prof Dr Hasyim Muhammad menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Pemikiran Islam di auditorium UIN Walisongo Semarang.

SMOL.id – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Prof Dr Imam Taufiq menyebut Prof Dr Hasyim Muhammad MAg sebagai salah satu pemikir handal di UIN Walisongo Semarang.

Hal itu dapat dibuktikan melalui berbagai karya akademik yang berorientasi pada bidang ilmu filsafat Islam.

‘’Termasuk, gagasannya dalam mengarusutamakan filsafat sebagai basis nalar keislaman yang menjadi framework pengembangan khazanah keilmuan Islam yang berporos pada perkembangan peradaban masyarakat Islam. Gagasan Prof. Hasyim Muhammad juga menjadi titik terang atas persoalan besar stagnansi perkembangan keilmuan Islam dewasa ini, yakni terbatasnya literatur keislaman yang komprehensif dan inklusif mengingat maraknya publikasi rumusan ilmu keislaman yang cenderung dikotomis dan mengabaikan nilai etis terkait konteks sosial kemanusiaan yang dinamis,’’ tegas Imam Taufiq saat mengukuhkan Prof Dr Hasyim Muhammad di auditorium Kampus 3 UIN Walisongo Semarang, Rabu (15/3).

Menurut Imam Taufiq, pengukuhan Prof Hasyim Muhammad sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pemikiran Islam turut menegaskan peran dan kontribusi UIN Walisongo Semarang dalam pengembangan peradaban melalui karya akademik yang kontekstual dengan dinamika perkembangan zaman.

‘’Gagasan pengarusutamaan filsafat sebagai basis nalar keislaman ini juga turut menekankan konsep integrasi keilmuan yang menjadi ruh dan distingsi dalam setiap lini pengelolaan dan pengembangan institusi UIN Walisongo Semarang. Berdasar pada paradigma kesatuan ilmu (Unity of Sciences), UIN Walisongo Semarang berporos pada tiga inti pengembangan keilmuan yakni humanisasi ilmu-ilmu agama, spiritualisasi ilmu modern dan revitalisasi kearifan Lokal,’’ kata rektor.

Ke depan Prof. Hasyim Muhammad juga perlu untuk mencurahkan ijtihadnya dalam pasaraya kajian dan isu integrasi antara agama, filsafat, dan sains modern sebagai salah satu ciri khas era kontemporer ini. Bahkan dalam kementerian Agama, tema “integrasi ilmu pengetahuan” merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi khususnya ketika ada STAIN atau IAIN yang mau konversimenjadi UIN.

‘’Dalam konteks inilah saya kira, UIN Walisongo Semarang telah memberikan kontribusi nyata dengan paradigma keilmuannya yaitu kesatuan ilmu pengetahuan (wahdatul al-‘ulum /unity of sciences),’’ tegasnya.

Basis Nalar

Prof Dr Hasyim Muhammad.
Prof Dr Hasyim Muhammad.
Sementara itu Prof Dr Hasyim Muhammad dalam Pidato Pengukuhan berjudul “Mengembalikan Filsafat sebagai Basis Nalar Keislaman” mengatakan, apa yang disampaikannya dalam pidato berdasarkan pada kenyataan sejarah bahwa filsafat memiliki peran sangat strategis sebagai alat dukung utama dalam berijtihad yang menghantarkan Islam memasuki zaman keemasan.

‘’Pesatnya perkembangan ilmu-ilmu keislaman seperti tafsir, fiqih, kalam dan lain-lain tidak lain karena para intelelektual muslim menjadikan filsafat sebagai basis kajian. Hanya saja, kondisi ini tidak berlangsung lama, karena tidak semua ulama menyepakati keabsahan filsafat sebagai basis kajian Keislaman. Jumhur ulama justru memandang filsafat sebagai ilmu yang menyesatkan. Akibatnya pada abad pertengahan kejayaan Islam mulai memasuki era kegelapan. Bangunan ilmu-ilmu keislaman mengalami stagnasi, bahkan keruntuhan, seiring dengan penghakiman terhadap filsafat yang dianggap sebagai ilmu yang sesat dan menyesatkan,’’ kata Hasyim.

Atas dasar argumen tersebut, dalam kesempatan itu Hasyim mengatakan signifikansi filsafat sebagai alat studi ilmu-ilmu keislaman dan beragam kritik terhadap kelemahannya. Sekaligus juga mengemukakan beberapa alternatif pendekatan untuk menyempurnakannya.

Menurut Hasyim, abad ke-13 M merupakan awal dari runtuhnya bangunan ilmu-ilmu keIslaman yang sebelumnya sempat mengalami masa pencerahan. Bahkan hingga saat ini, dominasi pemikiran konservatif telah melumpuhkan kekuatan daya nalar sebagian besar umat Islam.

‘’Benteng pemikiran konservatif seakan mustahil ditembus oleh percikan-percikan pemikiran baru yang muncul di kalangan pemikir muslim. Segala upaya yang dilakukan oleh tokoh tertentu yang mencoba untuk keluar dari pemikiran mainstream harus kandas oleh kekuatan status quo yang terlanjur mapan. Akibatnya, hingga saat ini ilmu-ilmu keislaman tidak mengalami perkembangan yang berarti,’’ katanya.

"Pada mulanya, pemikiran keislaman mengalami perkembangan yang cukup dinamis hingga melahirkan khazanah ilmu-ilmu keislaman yang mencerahkan. Disiplin ilmu keislaman mengalami pergerakan yang cukup berarti hingga menghantarkan dunia Islam pada puncak peradaban. Dalam catatan para pakar dikemukakan bahwa pemikiran Islam mulai mengalami perkembangan yang amat pesat pada saat pemerintahan Bani Umaiyah berpindah ke Damaskus. Pada saat, di mana umat Islam dihadapkan pada persoalan-persoalan baru yang membutuhkan jawaban dan penyelesaian,’’ katanya.

Persoalan baru yang muncul secara nyata di masyarakat dan membutuhkan jawaban kontekstual, tidak sekedar dalil-dalil Qur’an dan hadis.

Halaman:

Editor: Muhammad Syafiq Ardiansyah

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X