SMOL.ID - Sebelum menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), banyak Kerajaan berdiri di Indonesia. Banyak jejak peninggalan Kerajaan di tanah air sebagai salah satu bukti kejayaan masa lampau.
Salah satunya ada di sebuah desa yang terletak di lereng Gunung Lawu masuk wilayah Kabupaten Karanganyar. Desa itu adalah Mojoroto di Kecamatan Mojogedang. Desa tersebut, termasuk salah satu desa yang menjadi saksi sejarah kerajaan Mataram islam. Desa ini berjarak 15 kilometer dari pusat kota Kabupaten Karangannyar. Luas wilayah adminstratif Desa Mojoroto mencapai 443 hektar.
Dalam catatan sejarah, Mojoroto disebutkan bagian dari wilayah Praja Mangkunegaran, dengan leluhur pendiri RMT Karjan. Di desa ini pula terdapat sumber mata air yang mengalir tiada henti. Air yang keluar dari mata air tersebut juga sangat jernih dan menyegarkan. Tempat ini dikenal dengan Sendang Bejen, yang tepatnya berada di Dusun Dawe. Sendang Bejen juga dikenal masyarakat sebagai sebuah situs petilasan atau lokasi bekas peninggalan yang menyimpan histori.
Baca Juga: Ketua RT di Colomadu Gugat Bupati Jaliyatmono Gara-gara Pungutan PMI Karanganyar
Kesadaran serta kepedulian masyarakatnya yang tinggi terhadap keberadaan situs bernilai sejarah, membuat Sendang Bejen terawat dengan baik hingga saat ini. Sebagai lokasi wisata, gapura atau gerbang masuk komplek Sendang Bejen kini sudah didesain menyerupai bentuk candi. Bahkan, sejumlah bentuk bangunan yang ada pun tersusun begitu rapi dan indah.
Konon, pada masa penjajahan kolonial Belanda, Sendang Bejen digunakan oleh Raden Mas Said atau Adipati Mangkunegara I yang berjuluk Pangeran Sambernyawa sebagai tempat persinggahan juga persembunyian dari kejaran para tentara dan antek VOC - Belanda.
Di Sendang Bejen ini pula, Pangeran Sambernyawa mensucikan diri dan melakukan semedi atau meditasi dan menyusun strategi sekaligus melatih prajuritnya untuk menggempur balik tentara Belanda.
Ada temuan baru yang cukup menarik tentang Mojoroto yang belakangan ini diungkap lewat penelusuran sejarah oleh Solo Societeit, sebuah komunitas pegiat dan pemerhati sejarah dan budaya di Kota Solo.
Kupasan sejarah mengenai Desa Mojoroto dan Sendang Bejen, dijabarkan oleh Ketua Solo Societeit, Dani Saptoni, dalam Focus Group Discution (FGD) bertajuk Menggali Potensi Pengembangan Desa Wisata Religi, Budaya dan Sejarah Sendang Bejen, Petilasan RM. Said (Pangeran Sambernyawa), yang digelar pada 28 Agustus lalu.
"Solo Societeit berusaha mendokumentasikan aspek sejarah dari jejak sosok Pangeran Sambernyawa. Beberapa waktu lalu. ''Kami juga mendokumentasikan tentang kesejarahan di Tanah Sukowati dan keterkaitan dengan keberadaan Mojoroto. Ketika membuka manuskrip atau naskah - naskah kuno beraksara Jawa yang ada di keraton dan perpustakaan lokal, ternyata Mojoroto ini menjadi sangat penting dalam rekaman atau catatan sejarah Jawa," ungkap Dani.
Mojoroto dan Sendang Bejen tak hanya lekat dengan jejak perjuangan sosok Pangeran Sambernyawa. Keberadaannya juga disebutkan menyimpan keterkaitan dengan periode kesejarahan Pangeran Mangkubumi.
"Karenanya, temuan ini menjadi menarik untuk ditelisik lebih jauh. Terlebih, dalam Babad Giyanti, juga kami temukan paling banyak konteks tentang nama Mojoroto. Saya berpikir bahwa Sukowati wilayah utara dan barat adalah basis kekuatan militer pada era Perang Mangkubumen. Tapi ternyata Mojoroto adalah tidak kalah penting dari wilayah Sukowati," ungkapnya.
Baca Juga: 1.100 Sambungan Baru Air Minum Akan Dipasang PUDAM Karanganyar
Masih berdasar manuskrip Babad Giyanti, menurut Dani, Mojoroto bahkan disebut merekam tiga alur periode kesejarahan. Dahulunya, Desa Mojoroto bisa dikatakan merupakan pangkalan militer Pangeran Mangkubumi kala berusaha memburu dan menumpas pemberontakan Tumenggung Martopuro dan Pangeran Sambernyawa di Sukowati.
Tak hanya menjadi pangkalan militer bagi pasukan Mangkubumi, Desa Mojoroto ini pun menjadi tempat tujuan utama Pangeran Mangkubumi ketika keluar dari Keraton Kartasura menuju ke Sukowati.
Artikel Terkait
Baznas Kirim 19 Ton Beras Fitrah ke 17 Kecamatan di Karanganyar
Hanya 400 Haji Karanganyar Berangkat, Usia di Bawah 65 Tahun
Blusukan di Pasar Jungke Karanganyar, Puan Maharani Cek Harga Sembako Jelang Idul Fitri
Puan Maharani Kunjungi Pasar dan Gedung Baru PDIP Karanganyar
Bukber, Bagus Selo Didoakan LSM Jadi Bupati Karanganyar
Lebih dari 60.000 Kendaraan Keluar Gate Tol Karanganyar
Aktifitas Pintu Tol Karanganyar Makin Meningkat
Agil, Seorang Warga Karanganyar Tewas Saat Latihan Silat
1.100 Sambungan Baru Air Minum Akan Dipasang PUDAM Karanganyar
Ketua RT di Colomadu Gugat Bupati Jaliyatmono Gara-gara Pungutan PMI Karanganyar