Peserta Ruwat Nusantara Terkesan Menyaksikan Ritual dan Pasar Tradisional di Borobudur

- Rabu, 14 September 2022 | 12:00 WIB
Para peserta Ruwat Nusantara 2022 dari berbagai daerah se Indonesia, kagum dan senang melihat permainan Jathilan. Bahkan mereka sampai ada yang ikut main Jathilan. (Foto : Smol.id/dok)
Para peserta Ruwat Nusantara 2022 dari berbagai daerah se Indonesia, kagum dan senang melihat permainan Jathilan. Bahkan mereka sampai ada yang ikut main Jathilan. (Foto : Smol.id/dok)

SMOL.ID - Masyarakat adat dan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang turut Ruwan Nusantara kagum dan senang setelah melihat langsung keriuhan serta keramaian Pasar Tradisional Wigati di Dusun Kranggan, Desa Ringinputih, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (13/9).

Pasar Wigati merupakan pasar budaya rakyat yang dibuka pada waktu tertentu. Lokasinya di tengah dan di bawah rimbunnya rumpun bambu. Di tempat ini para tamu yang merupakan wakil seluruh Indonesia, dijamu makanan tradisional masyarakat dan pentas jatilan.

Selain itu juga digelar berbagai pelatihan dan pengenalan pengetahuan, seperti membuat mainan anak dari barang bekas dan bambu, serta jamu tradisional Jawa, dan berbagai sesaji upacara ritual tradisi.

Selama tiga jam peserta Ruwat Nusantara itu menikmati kesejukan dan kedamaian Pasar Wigati, sambil menyantap hidangan yang disediakan serta menikmati pertunjukan seni masyarakat.

Yang menarik dari acara ini, para tamu tampak riang sampai ikut menari jatilan. Termasuk Sjamsul Hadi SH MM, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kemendikbud Ristek RI, yang turut Njatil dengan kuda kepang terbuat dari pelepah daun pisang. Mainan khas anak-anak desa.

Bahkan Abah E Suhendri Wijaya, Ketua Adat Kasepuhan Cipta Mulya Banten, berharap silaturahmi dengan mengumpulkan komunitas adat di Borobudur Magelang, bisa terus terjalin semua ini demi lestarinya adat tradisi.

"Sebagai ketua adat, adat tradisi budaya kami mempertahankan ketahanan pangan. Tanam padi setahun sekali di ladang dan sawah. Tiap tahun ada acara adat," terang Abang E Suhendri yang mengakui ritual adat yang disaksikan di beberapa lokasi di Borobudur Magelang memunculkan kesimpulan, budaya Indonesia sangat beragam.

Begitu juga disampaikan Marselus Yopos, masyarakat adat Dayak Tae Sanggau Kalimantan Barat, mengaku senang luar biasa biasa ketemu masyarakat adat se-Indonesia. "Semoga kegiatan ini menambah wawasan," ujar Marselus.

Dikunjungi para pemangku masyarakat adat dan penghayat kepercayaan seluruh Indonesia, salah satu generasi muda Dusun Ringinputih, Aisyah Rahayu Setyaningrum, mengaku senang dan bangga.

"Tidak menyangka kedatangan tamu-tamu dari seluruh Indonesia," ujar Aisyah. ''Jujur kami sangat senang dengan kunjungan ini,'' tambah dia.

Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kemendikbud Ristek RI, Sjamsul Hadi SH MM menilai, Desa Wringinputih memiliki budaya spiritual cukup kuat.

Para masyarakat adat dan penghayat kepercayaan diharap bisa belajar bersama. "Dalam kembali pulih setelah dua tahun hadapi pendemi, kawasan Borobudur menyatu dengan alam,'' katanya.

Bahan makanan memanfaatkan tanaman yang ada, jadi tidak perlu beli ke luar desa. Sekaligus untuk meminimalkan keberadaan plastik. ''Ini melestarikan kearifan lokal," tambah Sjamsul Hadi.

Penanggungjawab Ruwat Nusantara, Julianus Limbeng mengaku, para peserta Ruwat Nusantara yang diajak mengunjungi desa-desa di Borobudur dan melihat ritual tradisi, mengaku puas dan senang.

"Semoga bisa menginspirasi setelah mereka pulang. Bisa dimanfaatkan. Bisa memberi cakrawala, pengetahuan dan pengalaman baru saat pulang ke kampung masing-masing," ujar Julianus Limbeng, Kepala Pokja Masyarakat Adat Kemendikbud Ristek RI. (Rangga Permana).*

Halaman:

Editor: Salman Al Farisi

Artikel Terkait

Terkini

X