Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I: Menolak Khilafah dan Mendukung PBB

- Rabu, 8 Februari 2023 | 18:50 WIB
SAMPAIKAN REKOMENDASI: Mustasyar PBNU KH Mustofa Bisri (Gus Mus) dan putri KH Abdurrahman Wahid, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid membacakan rekomendasi Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I pada Puncak Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU), di Stadion Delta Sidoarjo, Selasa (7/2).
SAMPAIKAN REKOMENDASI: Mustasyar PBNU KH Mustofa Bisri (Gus Mus) dan putri KH Abdurrahman Wahid, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid membacakan rekomendasi Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I pada Puncak Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU), di Stadion Delta Sidoarjo, Selasa (7/2).

SMOL.id – Mustasyar PBNU KH Mustofa Bisri (Gus Mus) membacakan rekomendasi Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I pada Puncak Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU), di Stadion Delta Sidoarjo, Selasa (7/2).

Pengasuh Pondok Pesantren Raudlotut Tholibien, Leteh, Rembang itu membaca keputusan muktamar Fiqih Peradaban yang berlangsung sehari sebelum Puncak Satu Abad NU di Hotel Shangri-La, Surabaya Senin (6/2).

Gus Mus menyampaikan rekomendasi itu dengan Bahasa Arab yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid putri Gus Dur.

Muktamar Internasional Fikih Peradaban I dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin, Senin. Forum yang dihadiri ratusan ulama dari berbagai negara itu mengundang sedikitnya 15 pakar sebagai pembicara kunci, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I merekomendasikan Nahdlatul Ulama berpandangan bahwa pandangan lama yang berakar pada tradisi fiqih klasik, yaitu adanya cita-cita untuk menyatukan umat Islam di bawah naungan tunggal sedunia atau negara khilafah harus digantikan dengan visi baru demi mewujudkan kemaslahatan umat.

‘’Cita-cita mendirikan kembali negara khilafah yang dianggap bisa menyatukan umat Islam sedunia, namun dalam hubungan berhadap-hadapan dengan nonmuslim bukanlah hal yang pantas diusahakan dan dijadikan sebagai sebuah aspirasi,’’ kata Gus Mus.

Sebagaimana terbukti akhir-akhir ini melalui upaya mendirikan negara ISIS. Usaha semacam ini menurut Gus Mus niscaya akan berakhir dalam kekacauan dan justru berlawanan dengan tujuan-tujuan pokok agama atau maqashidu syariah yang tergambar dalam lima prinsip; menjaga nyawa, menjaga agama, menjaga akal, menjaga keluarga, dan menjaga harta.

Dalam kenyataannya, usaha-usaha untuk mendirikan kembali negara khilafah, nyata-nyata bertabrakan dengan tujuan-tujuan pokok agama tersebut. Ini dikarenakan usaha semacam itu akan menimbulkan ketidakstabilan dan merusak keteraturan sosial politik. Lebih dari itu, jika pun akhirnya berhasil, usaha-usaha ini juga akan menyebabkan runtuhnya sistem negara-bangsa serta menyebabkan konflik berbau kekerasan yang akan menimpa sebagian besar wilayah di dunia.

‘’Sejarah menunjukkan, kekacauan karena perang pada akhirnya akan selalu didampingi dengan penghancuran yang luas atas rumah ibadah, hilangnya nyawa manusia, hancurnya akhlak, keluarga, dan harta benda,’’ katanya.

Dalam pandangan Nahdlatul Ulama, cara yang paling tepat dan manjur untuk mewujudkan kemaslahatan umat Islam sedunia (al-ummah al-islamiyyah) adalah dengan memperkuat kesejahteraan dan kemaslahatan seluruh umat manusia, baik muslim atau nonmuslim serta mengakui adanya persaudaraan seluruh manusia, anak cucu adam (ukhuwah basyariyyah).

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berikut piagamnya menurut Gus Mus memanglah tidak sempurna dan harus diakui masih mengandung masalah hingga saat ini. Namun demikian piagam PBB itu dimaksudkan sejak awal sebagai upaya untuk mengakhiri perang yang amat merusak dan praktik-praktik biadab yang mencirikan hubungan internasional sepanjang sejarah manusia.

Karena itu, Piagam PBB dan PBB itu sendiri bisa menjadi dasar yang paling kokoh dan yang tersedia untuk mengembangkan fiqih baru guna menegakkan masa depan peradaban manusia yang damai dan harmonis.

‘’Dari pada bercita-cita dan berusaha untuk menyatupadukan seluruh umat Islam dalam negara tunggal sedunia, yaitu negara khilafah, Nahdlatul Ulama memilih jalan lain, mengajak umat Islam untuk menempuh visi baru, mengembangkan wacana baru tentang fiqih, yaitu fiqih yang akan dapat mencegah eksploitasi atas identitas, menangkal penyebaran kebencian antargolongan, mendukung solidaritas, dan saling menghargai perbedaan di antara manusia, budaya, dan bangsa-bangsa di dunia, serta mendukung lahirnya tatanan dunia yang sungguh-sungguh adil dan harmonis, tatanan yang didasarkan pada penghargaan atas hak-hak yang setara serta martabat setiap umat manusia. Visi yang seperti inilah yang justru akan mampu mewujudkan tujuan-tujuan pokok syariah,’’ tegas Gus Mus.

Mental Kuat
Rais Aam PBNU) KH Miftachul Akhyar dalam pidato iftitah mengajak semua warga NU yang hadir pada Puncak Resepsi 1 Abad NU di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur agar siap untuk memasuki abad kedua NU.

"Kita harus punya hati dan otak dobel ibarat mobil punya dua gardan yang siap menggerakkan seluruh anggotanya, elemen-elemennya, dan untuk mendapatkan energi kekuatan di dalam memasuki abad kedua ini," tegas Kiai Miftah.

Halaman:

Editor: Salman Al Farisi

Artikel Terkait

Terkini

X