Oleh: Theresia Tarigan *)
SMOL.id - Bus low deck sangat diperlukan karena sesuai dengan Permenhub PM No 98/2017 untuk mobilitas masyarakat berkebutuhan khusus baik sahabat difabel, manula, ibu hamil, ibu menggendong anak, dan anak-anak.
-
Bus low deck akan mencegah penumpang yang banyak terpeleset saat turun maupun naik bus Trans Semarang. Dengan bus low deck akan menambah kenyamanan dan waktu yang diperlukan untuk naik dan turun penumpang.
Semoga segera dapat diupayakan peremajaan bus Trans Semarang menjadi low deck sehingga paling tidak sementara ini sudah ada kombinasi low deck dan bus tinggi.
Pengadaan bus low deck idealnya oleh operator Trans Semarang dari pembayaran layanan per km yang mencukupi untuk memenuhi spec wajib yaitu bus low deck jaminan mutu Mercedez Benz.
-
Bus sudah rendah namun jangan lupa penyediaan ramp untuk kursi roda dapat naik ke dalam bus dan fasilitas audio visual informasi tantang halte untuk sahabat tuna rungu dan tuna netra.
Hal yang lebih penting adalah akses warga terhadap Trans Semarang yang seharusnya dari permukiman berjarak 250-400 meter ke halte angkutan umum. Oleh karena itu pengembangan feeder juga mendesak.
Rangkul Angkot
Angkot yang masih ada saat ini (info ketua Organda ada 2.000 angkot) harus dirangkul dengan membeli layanan angkot per trip (BLU Trans Semarang sudah kunker ke Dishub Tabanan Bali). Untuk itu rute backbone Trans Semarang harus dievalusi berbarengan dengan rute feeder sehingga konektivitas membaik (tidak muter-muter).
-
Jadi akses dan konektivitas faktor utama orang memutuskan naik angkutan umum (bukan halte yang mewah). Konektivitas membaik jika jam pelayanan Trans Semarang juga tidak hanya sampai pukul 18.15 tetapi harus sampai pukul 23.00 bertahap misal diperpanjang dulu hingga pukul 21.00.
Kampanye naik angkutan umum sangat baik jika dimulai dari ASN Pemkot Semarang yang misal menggunakan angkutan umum setiap Selasa - Jumat. Lead by example, sehingga peluncuran low deck ini tidak sekadar menjadi populer tapi memang sebuah komitmen untuk Kota Semarang inklusi di bidang transportasi dan untuk tujuan menekan penggunaan kendaraan pribadi yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas, kemacetan, meningkatnya suhu kota (semakin panas) dan tingginya biaya mobilitas warganya. (aa)
*) Theresia Tarigan, Founder Komunitas Peduli Transportasi Kota Semarang (KPTS)